FIQH & Perundangan Islam Jilid II
Wahbah al-Zuhaili
Terbitan Dewan Bahasa dan Pustaka
Tanda Malam Lailatul Qadar
[1] Udara dan angin sekitar terasa tenang. Sebagaimana dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
[2] Malaikat menurunkan ketenangan sehingga manusia merasakan ketenangan tersebut dan merasakan kelezatan dalam beribadah, yang tidak didapatkan pada hari-hari yang lain.
[3] Manusia dapat melihat malam ini dalam mimpinya sebagaimana terjadi pada sebagian sahabat.
[4] Matahari akan terbit pada pagi harinya dalam keadaan jernih, tidak ada sinar. Dari Abi bin Ka’ab bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,”Shubuh hari dari malam lailatul qadar matahari terbit tanpa sinar, seolah-olah mirip bejana hingga matahari itu naik.” (HR. Muslim) (Lihat Shohih Fiqh Sunnah II/149-150)
Wahbah al-Zuhaili
Terbitan Dewan Bahasa dan Pustaka
Tanda Malam Lailatul Qadar
[1] Udara dan angin sekitar terasa tenang. Sebagaimana dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاء
“Lailatul qadar adalah malam yang penuh kelembutan, cerah, tidak
begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar
lemah dan nampak kemerah-merahan.” (HR. Ath Thoyalisi. Haytsami mengatakan periwayatnya adalah tsiqoh /terpercaya)[2] Malaikat menurunkan ketenangan sehingga manusia merasakan ketenangan tersebut dan merasakan kelezatan dalam beribadah, yang tidak didapatkan pada hari-hari yang lain.
[3] Manusia dapat melihat malam ini dalam mimpinya sebagaimana terjadi pada sebagian sahabat.
[4] Matahari akan terbit pada pagi harinya dalam keadaan jernih, tidak ada sinar. Dari Abi bin Ka’ab bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,”Shubuh hari dari malam lailatul qadar matahari terbit tanpa sinar, seolah-olah mirip bejana hingga matahari itu naik.” (HR. Muslim) (Lihat Shohih Fiqh Sunnah II/149-150)
Semoga Allah memudahkan kita untuk meraih malam tersebut. Amin Yaa Mujibas Saailin.
Artikel ini masih berlanjut pada pembahasan "Menanti Malam 1000 Bulan", insya Allah.
Syeikh Yusuf Khattar Muhammad menyatakan hikmah tidak ditentukan Lailatul Qadar secara jelas adalah supaya kita sentiasa melakukan ibadah kepada Allah pada setiap malam dalam bulan Ramadhan khususnya pada 10 malam yang terakhir.
Ada pelbagai pendapat mengenai tanda-tanda malam Lailatul Qadar,
dari yang benar hinggalah yang diada-adakan. Ada beberapa perkara yang
didakwa berlaku pada malamnya, yang mungkin pernah kita dengar dari
mereka-mereka yang mendakwa bertemu dengan Lailatul Qadar atau dari
penceritaan semula. Di antaranya ialah pokok tunduk atau sujud, ikan di
laut bergelimpangan di atas tanah, air sungai berhenti mengalir, malam
yang sangat tenang dan sebagainya.
Menurut Al-Hafiz Ibn Hajar al-Asqalani, "Pendapat terpilih berdasarkan himpunan dalil-dalil bahawa, dijadikan Lailatul Qadar itu tetap berlaku pada malam sepuluh akhir Ramadhan, kemudian pada malam ganjilnya, tidak ditetapkan melalui tanda-tandanya yang khusus, sebagaimana petunjuk dalil-dalilnya yang jelas. (Fathul Bari, 4/260)
Di dalam Kitab Fath al-Bari fi Syarh Sahih al-Bukhari menyebutkan ada 46 pendapat ulama mengenai bila berlakunya Lailatul Qadar.
Menurut Imam Syafie, Lailatul Qadar termasuk dalam 10 hari yang terakhir Ramadhan, pada malam yang ganjil iaitu malam ke 21. Imam Tirmizi menyatakan dalam kitabnya Sunan Tirmizi, bahawa Imam Syafie menyatakan; “Dan riwayat (hadis) yang paling kuat di antara hadis-hadis (tentangnya) pada pandanganku ialah ia pada malam dua puluh satu”. (Tuhfatul Ahwazi, juz 3, m/s 424).
Imam Abdul Razzaq telah meriwayatkan dalam kitabnya al-Musonnaf, bahawa Saidina Umar pernah memanggil para sahabat untuk membincangkan bilakah malam lailatul qadar, dan akhirnya mereka sepakat bahawa ia adalah pada sepuluh malam yang terakhir.
Menurut Al-Hafiz Ibn Hajar al-Asqalani, "Pendapat terpilih berdasarkan himpunan dalil-dalil bahawa, dijadikan Lailatul Qadar itu tetap berlaku pada malam sepuluh akhir Ramadhan, kemudian pada malam ganjilnya, tidak ditetapkan melalui tanda-tandanya yang khusus, sebagaimana petunjuk dalil-dalilnya yang jelas. (Fathul Bari, 4/260)
Di dalam Kitab Fath al-Bari fi Syarh Sahih al-Bukhari menyebutkan ada 46 pendapat ulama mengenai bila berlakunya Lailatul Qadar.
Menurut Imam Syafie, Lailatul Qadar termasuk dalam 10 hari yang terakhir Ramadhan, pada malam yang ganjil iaitu malam ke 21. Imam Tirmizi menyatakan dalam kitabnya Sunan Tirmizi, bahawa Imam Syafie menyatakan; “Dan riwayat (hadis) yang paling kuat di antara hadis-hadis (tentangnya) pada pandanganku ialah ia pada malam dua puluh satu”. (Tuhfatul Ahwazi, juz 3, m/s 424).
Imam Abdul Razzaq telah meriwayatkan dalam kitabnya al-Musonnaf, bahawa Saidina Umar pernah memanggil para sahabat untuk membincangkan bilakah malam lailatul qadar, dan akhirnya mereka sepakat bahawa ia adalah pada sepuluh malam yang terakhir.
Berikut ini adalah tanda-tanda malam Lailatul qadar menurut hadith-hadith dan apa yang berlaku pada sahabat.
1 - Orang yang beribadah pada malam tersebut merasakan lazatnya ibadah, ketenangan hati dan kenikmatan bermunajat kepada Rabb-nya tidak seperti malam-malam lain.
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." (Surah AlQadr)
1 - Orang yang beribadah pada malam tersebut merasakan lazatnya ibadah, ketenangan hati dan kenikmatan bermunajat kepada Rabb-nya tidak seperti malam-malam lain.
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." (Surah AlQadr)
2 - Malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak
hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam
itu dengan bintang (lemparan meteor bagi syaitan)
Sebagaimana sebuah hadits, dari Watsilah bin al-Asqo’ dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam: “Lailatul
qadar adalah malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada
awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar
pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi syaitan)” (Hadith Riwayat at-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir 22/59 dengan sanad hasan)
3 - Cahaya mentari lemah, cerah tak bersinar kuat keesokannya
Dari Ubay bin Ka’ab r.a, bahawasanya Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Keesokan hari malam lailatul qadar matahari terbit hingga tinggi tanpa sinar..” (Hadith Riwayat Muslim)
6 - Bulan nampak separuh bulatan
Abu Hurairah r.a pernah bertutur: Kami pernah berdiskusi tentang
lailatul qadar di sisi Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam, beliau
bersabda, “Siapakah dari kalian yang masih ingat apabila bulan muncul, yang berukuran separuh dulang.” (Hadith Riwayat Muslim)
5 - Udara dan suasana pagi yang tenang
Ibnu Abbas r.a berkata: Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Lailatul
qadar adalah malam tenteram dan tenang, tidak terlalu panas dan tidak
pula terlalu dingin, esok paginya sang matahari terbit dengan sinar
lemah berwarna merah” (Hadith hassan)
6. Kadang-kadang terbawa dalam mimpi
Seperti yang kadang-kadang dialami oleh sebahagian sahabat Nabi radhiallahu ’anhum.
Syeikh Yusuf Khattar Muhammad menyatakan hikmah tidak ditentukan Lailatul Qadar secara jelas adalah supaya kita sentiasa melakukan ibadah kepada Allah pada setiap malam dalam bulan Ramadhan khususnya pada 10 malam yang terakhir.
“Carilah malam lailatul qadar pada sepuluh hari yang terakhir. Namun
jika salah seorang dari kamu tidak mampu, maka jangan sampai terlepas
pada hari ketujuh yang terakhir.” (Hadith Riwayat Muslim)
Aisyah r.a mengatakan : " Rasulullah ShallAllahu 'alaihi wa sallam
beri'tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dan beliau bersabda,
yang ertinya: "Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan" " (Hadith Riwayat Bukhari 4/225 dan Muslim 1169)
Rujukan:
1 - Al-Nafahat al-Nuraniyah fi Fadhail al-Ayyam wa al-Layali wa al-Syuhur al-Qomariyah - Syeikh Yusuf Khattar Muhammad.
2 - Fath al-Bari bi Syarh Sohih al-Bukhari - Al-Hafiz Ahmad bin Ali bin hajar al-Asqolani.
3 - Buletin al-madina edisi 390
No comments:
Post a Comment