NEW DELHI, (PRLM).- Para ahli bahasa menemukan bahasa baru di kawasan terpencil di Arunachal Pradesh, India timur laut. Mereka tengah mempelajari dua bahasa yang tidak banyak dikenal di daerah yang kaya bahasa ketika mereka menemukan orang-orang yang berbicara dengan bahasa yang sama sekali tidak dikenal sebelumnya.
"Bahasa ini sama sekali berbeda dengan dua bahasa yang sedang kami teliti," kata David Harrison, salah satu ahli bahasa yang melakukan ekspedisi, yang dikutip "BBC".
Koro, bahasa baru tersebut, hanya dipakai oleh sekitar 1.000 orang dan sebagian besar penutur bahasa ini rata-rata telah berusia lanjut. Kondisi ini membuat masa depan bahasa Koro terancam.
"Kami menemukan bahasa yang sedang sekarat. Kalau saja penelitian ini kami lakukan 10 tahun ke depan, mungkin sudah tidak ada lagi penutur bahasa Koro yang masih hidup," ujar Gregory Anderson dari National Geographic yang ikut melakukan penelitian.
Koro memiliki beberapa kesamaan dengan bahasa setempat, namun hubungannya dengan bahasa-bahasa setempat ini belum jelas. Tim ahli berharap bisa kembali ke daerah Arunachal Pradesh untuk melakukan pengkajian lebih lanjut.
WASHINGTON, KOMPAS.com — Para peneliti yang tengah mencari bahasa yang telah punah, Selasa (5/10/2010), mengatakan, mereka menemukan bahasa yang sebelumnya tidak diketahui dan hanya digunakan oleh sekitar 800 orang di timur laut India.
Bahasa itu adalah bahasa Koro, yang masih merupakan satu keluarga dengan bahasa Tibet dan Burma, kata para ahli bahasa, yaitu Gregory Anderson dari Swarthmore College di Pennsylvania, David Harrison dari Living Tongues Institute dari Oreon, dan Ganesh Murmu dari Universitas Ranchi India. Anderson, Murmu, dan Harrison, dengan dukungan dari National Geographic, mendapatkan izin khusus dari Pemerintah India untuk mengunjungi negara bagian Arunachal Pradesh yang berbatasan dengan Bhutan dan China, tempat mereka menemukan orang-orang yang berbicara dalam bahasa Koro.
'Sebagian dari mereka merupakan orang-orang tua, kami menemukan sesuatu ketika sedang mencari jalan keluar,' kata Anderson dalam sebuah pernyataan. 'Dan jika kami telah menunggu 10 tahun untuk melakukan perjalanan itu, kami mungkin akan melewati begitu saja tanpa menemukan sejumlah orang yang berbicara bahasa Koro itu,' katanya. Warga dari wilayah Himalaya, yang beternak babi serta menanam padi dan jelai, berbicara dalam bahasa yang sudah dikenal, yaitu Aka dan Miji, tetapi kemudian para peneliti bahasa itu mendengar hal yang tidak biasa ketika mereka berbicara dalam bahasa Koro.
Harrison yakin bahwa bahasa Koro mungkin berasal dari masa perdagangan budak. Harrison telah bertahun-tahun membuat riset tentang bahasa yang hampir punah dan memprediksikan bahwa sebuah bahasa punah setiap dua minggu. Banyak bahasa yang hanya digunakan oleh sedikit warga yang lanjut usia di suatu wilayah dan banyak lagi, seperti bahasa Koro, yang tidak pernah dituliskan atau direkam dalam bentuk apa pun. 'Dalam hitungan lembaran keilmuan, Koro menambah satu dari daftar yang berjumlah 6.906 bahasa di seluruh dunia,' kata Harrison.
"Bahasa ini sama sekali berbeda dengan dua bahasa yang sedang kami teliti," kata David Harrison, salah satu ahli bahasa yang melakukan ekspedisi, yang dikutip "BBC".
Koro, bahasa baru tersebut, hanya dipakai oleh sekitar 1.000 orang dan sebagian besar penutur bahasa ini rata-rata telah berusia lanjut. Kondisi ini membuat masa depan bahasa Koro terancam.
"Kami menemukan bahasa yang sedang sekarat. Kalau saja penelitian ini kami lakukan 10 tahun ke depan, mungkin sudah tidak ada lagi penutur bahasa Koro yang masih hidup," ujar Gregory Anderson dari National Geographic yang ikut melakukan penelitian.
Koro memiliki beberapa kesamaan dengan bahasa setempat, namun hubungannya dengan bahasa-bahasa setempat ini belum jelas. Tim ahli berharap bisa kembali ke daerah Arunachal Pradesh untuk melakukan pengkajian lebih lanjut.
WASHINGTON, KOMPAS.com — Para peneliti yang tengah mencari bahasa yang telah punah, Selasa (5/10/2010), mengatakan, mereka menemukan bahasa yang sebelumnya tidak diketahui dan hanya digunakan oleh sekitar 800 orang di timur laut India.
Bahasa itu adalah bahasa Koro, yang masih merupakan satu keluarga dengan bahasa Tibet dan Burma, kata para ahli bahasa, yaitu Gregory Anderson dari Swarthmore College di Pennsylvania, David Harrison dari Living Tongues Institute dari Oreon, dan Ganesh Murmu dari Universitas Ranchi India. Anderson, Murmu, dan Harrison, dengan dukungan dari National Geographic, mendapatkan izin khusus dari Pemerintah India untuk mengunjungi negara bagian Arunachal Pradesh yang berbatasan dengan Bhutan dan China, tempat mereka menemukan orang-orang yang berbicara dalam bahasa Koro.
'Sebagian dari mereka merupakan orang-orang tua, kami menemukan sesuatu ketika sedang mencari jalan keluar,' kata Anderson dalam sebuah pernyataan. 'Dan jika kami telah menunggu 10 tahun untuk melakukan perjalanan itu, kami mungkin akan melewati begitu saja tanpa menemukan sejumlah orang yang berbicara bahasa Koro itu,' katanya. Warga dari wilayah Himalaya, yang beternak babi serta menanam padi dan jelai, berbicara dalam bahasa yang sudah dikenal, yaitu Aka dan Miji, tetapi kemudian para peneliti bahasa itu mendengar hal yang tidak biasa ketika mereka berbicara dalam bahasa Koro.
'Kami tidak mencari terlalu lama dalam daftar kata kami untuk menyadari bahwa hal itu sangat berbeda dalam setiap cara pengucapan yang mungkin,' kata Harrison. Ketika dalam bahasa Aka babi berarti 'vo', Koro menyebutnya sebagai 'lele', ia mencontohkan. Harrison juga mengatakan bahwa bahasa Koro memiliki tata bahasa yang unik. 'Koro bisa jadi terdengar sangat berbeda dengan Aka, seperti halnya bahasa Inggris dan Jepang yang terdengar berbeda sama sekali,' tulis Harrison dalam The Last Speakers, buku tentang hasil penelitian mereka yang diterbitkan oleh National Geographic.
Harrison yakin bahwa bahasa Koro mungkin berasal dari masa perdagangan budak. Harrison telah bertahun-tahun membuat riset tentang bahasa yang hampir punah dan memprediksikan bahwa sebuah bahasa punah setiap dua minggu. Banyak bahasa yang hanya digunakan oleh sedikit warga yang lanjut usia di suatu wilayah dan banyak lagi, seperti bahasa Koro, yang tidak pernah dituliskan atau direkam dalam bentuk apa pun. 'Dalam hitungan lembaran keilmuan, Koro menambah satu dari daftar yang berjumlah 6.906 bahasa di seluruh dunia,' kata Harrison.
No comments:
Post a Comment